Kisah Sahabat Utbah bin Ghazwan
Utbah bin Ghazwan adalah seorang Muhajirin yang termasuk angkatan pertama masuk Islam. Sejak memeluk ajaran Islam, Utbah bertekad untuk tetap berpegang teguh pada agamanya.
Utbah adalah salah seorang muslim yang ikut berhijrah ke Habsyah. Namun, ia tidak tinggal lama di wilayah itu. Ia kembali Ke Mekkah karena ia begitu rindu kepada Rasulullah, setelah beberapa lama, ia hijrah ke Madinah.
Utbah adalah salah seorang pemanah terbaik di antara kaum muslim saat itu. Anak panah yang dilepaskannya selalu tepat mengenai sasaran. Ia juga menggunakan tombak dengan baik. Keahliannya telah berperan besar dalam menumpas musuh Allah. Hal itu, ia lakukan semasa Rasulullah masih hidup dan masa Rasulullah telah wafat.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Utbah diperintahkan untuk membebaskan wilayah ubullah dari tentara Persia. Umar melepas pasukan Utbah yang jumlahnya sedikit dengan memintanya untuk selalu tabah menghadapi musuh dan bertakwa kepada Allah swt. Sekalipun jumlahnya sedikit, pasukan Utbah mampu mengalahkan pasukan Persia, wilayah Ubullah pun dikuasai oleh pasukan muslim.
Di wilayah Ubullah, Utbah membangun kota Basrah dan mendirikan masjid besar. Setelah itu, Utbah hendak kembali ke Madinah. Namun keinginannya ia urungkan khalifah Umar meminta Utbah menjadi pemimpin memerintahan di Basrah, Utbah pun berdakwah di Barsah. Ia mengajarkan cara shalat, hukum Islam, dan memberikan teladan dalam menjalani kehidupan menurut ajaran Islam kepada kaum muslim di Basrah. Ia menjalani hidup zuhud (segala sesuatu tentang meninggalkan keduniawian), warak (patuh dan taat kepada Allah), dan sederhana. Ia berharap penduduk Basrah mengikuti cara hidup demikian dan meninggalkan kehidupan yang bermewah-mewahan. Ia menunjukkan bahwa hidup sederhana lebih baik dari pada hidup bermewah-mewahan. Namun, sebagaian penduduk Basrah tidak menyukai tindakan Utbah. Mereka bermaksud mempengaruhi Utbah dengan berbagai macam sanjungan dan kekayaan. Utbah benar-benar khawatir apabila kemewahan dunia merusak kaum muslim. Oleh karena itu, ia tak henti-hentinya menyeru agar umat islam menerapkan hidup sederhana.
Sebagian penduduk Basrah tidak menyukai kehidupan sederhana yang diterapkan oleh pemimpin mereka. Ketika mengetahui keberatan mereka. Utbah berkata, “Besok lusa kalian akan melihat pimpinan pemerintahan yang menggantikan diriku.”
Saat musim haji tiba, Utbah melaksanakan ibadah haji, setelah melaksanakan ibadah haji, Utbah menemui Khalifah Umar. Ia mengutarakan keinginannya untuk mengundurkan diri sebagai pimpinan pemerintahan di Basrah. Tentu saja, keinginan itu ditolak oleh Umar. Umar mengatakan, “Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku? Kemudian, kalian meninggalkan aku untuk memikulnya seorang diri?. Tidak, Demi Allah tidak ku izinkan selama-lamanya!”
Utbah tidak dapat membantah keinginan Khalifah Umar. Ia patuh dengan perintah Umar. Ia pun bersiap untuk kembali ke kota Basrah dan hendak memimpin pemerintahan di sana. Sebelum pergi, Utbah berdoa kepada Allah agar dirinya tidak dikembalikan ke Basrah dan tidak menjadi pemimpin pemerintahan selamanya. Ternyata, Allah mengabulkan doa Utbah. Dalam perjalan menuju Basrah, Utbah mengembuskan napas terakhirnya. Demikianlah, Utbah yang menyukai hidup zuhud.
Utbah adalah salah seorang muslim yang ikut berhijrah ke Habsyah. Namun, ia tidak tinggal lama di wilayah itu. Ia kembali Ke Mekkah karena ia begitu rindu kepada Rasulullah, setelah beberapa lama, ia hijrah ke Madinah.
Utbah adalah salah seorang pemanah terbaik di antara kaum muslim saat itu. Anak panah yang dilepaskannya selalu tepat mengenai sasaran. Ia juga menggunakan tombak dengan baik. Keahliannya telah berperan besar dalam menumpas musuh Allah. Hal itu, ia lakukan semasa Rasulullah masih hidup dan masa Rasulullah telah wafat.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Utbah diperintahkan untuk membebaskan wilayah ubullah dari tentara Persia. Umar melepas pasukan Utbah yang jumlahnya sedikit dengan memintanya untuk selalu tabah menghadapi musuh dan bertakwa kepada Allah swt. Sekalipun jumlahnya sedikit, pasukan Utbah mampu mengalahkan pasukan Persia, wilayah Ubullah pun dikuasai oleh pasukan muslim.
Di wilayah Ubullah, Utbah membangun kota Basrah dan mendirikan masjid besar. Setelah itu, Utbah hendak kembali ke Madinah. Namun keinginannya ia urungkan khalifah Umar meminta Utbah menjadi pemimpin memerintahan di Basrah, Utbah pun berdakwah di Barsah. Ia mengajarkan cara shalat, hukum Islam, dan memberikan teladan dalam menjalani kehidupan menurut ajaran Islam kepada kaum muslim di Basrah. Ia menjalani hidup zuhud (segala sesuatu tentang meninggalkan keduniawian), warak (patuh dan taat kepada Allah), dan sederhana. Ia berharap penduduk Basrah mengikuti cara hidup demikian dan meninggalkan kehidupan yang bermewah-mewahan. Ia menunjukkan bahwa hidup sederhana lebih baik dari pada hidup bermewah-mewahan. Namun, sebagaian penduduk Basrah tidak menyukai tindakan Utbah. Mereka bermaksud mempengaruhi Utbah dengan berbagai macam sanjungan dan kekayaan. Utbah benar-benar khawatir apabila kemewahan dunia merusak kaum muslim. Oleh karena itu, ia tak henti-hentinya menyeru agar umat islam menerapkan hidup sederhana.
Sebagian penduduk Basrah tidak menyukai kehidupan sederhana yang diterapkan oleh pemimpin mereka. Ketika mengetahui keberatan mereka. Utbah berkata, “Besok lusa kalian akan melihat pimpinan pemerintahan yang menggantikan diriku.”
Saat musim haji tiba, Utbah melaksanakan ibadah haji, setelah melaksanakan ibadah haji, Utbah menemui Khalifah Umar. Ia mengutarakan keinginannya untuk mengundurkan diri sebagai pimpinan pemerintahan di Basrah. Tentu saja, keinginan itu ditolak oleh Umar. Umar mengatakan, “Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku? Kemudian, kalian meninggalkan aku untuk memikulnya seorang diri?. Tidak, Demi Allah tidak ku izinkan selama-lamanya!”
Utbah tidak dapat membantah keinginan Khalifah Umar. Ia patuh dengan perintah Umar. Ia pun bersiap untuk kembali ke kota Basrah dan hendak memimpin pemerintahan di sana. Sebelum pergi, Utbah berdoa kepada Allah agar dirinya tidak dikembalikan ke Basrah dan tidak menjadi pemimpin pemerintahan selamanya. Ternyata, Allah mengabulkan doa Utbah. Dalam perjalan menuju Basrah, Utbah mengembuskan napas terakhirnya. Demikianlah, Utbah yang menyukai hidup zuhud.
Comments
Post a Comment